Masjid Tiban

Masjid Tiban Mangundadi, yang terletak di Dusun Mangundadi, Desa Krinjing, merupakan salah satu situs bersejarah yang sarat akan nilai spiritual dan tradisi. Berdiri sejak tahun 1626 pada bulan Suro, masjid ini pertama kali ditemukan oleh tiga utusan dari Keraton Yogyakarta, yakni Kyi Raden Sidiq, Kyi Raden Sayid, dan Kyi Raden Santri. Saat pertama kali ditemukan, masjid ini hanya memiliki satu tiang dan berada di tengah hutan belantara.

Masjid ini dinamakan “Tiban” karena keberadaannya yang dianggap muncul secara tiba-tiba oleh masyarakat sekitar pada masa itu. Seiring berjalannya waktu, masjid ini dibangun kembali pada sekitar tahun 1940-an oleh Kyai Dulhamid dan masyarakat setempat, dengan menambah tiga tiang lainnya, menjadikannya empat tiang seperti yang terlihat sekarang.

Salah satu tradisi unik yang masih dijalankan hingga saat ini adalah kewajiban bagi pendatang baru atau masyarakat yang akan mengadakan acara besar seperti pernikahan atau pertunjukan kesenian, untuk mengelilingi Masjid Tiban satu kali sebagai bentuk permohonan izin. Tradisi ini dipercaya sebagai cara untuk menjaga keharmonisan dan memohon restu.

Di dalam kompleks masjid, terdapat sebuah batu yang terletak di tepi “kolah” (tempat wudhu). Batu ini memiliki keistimewaan tersendiri, karena meskipun pernah dicoba untuk dipindahkan, batu tersebut selalu kembali ke tempat asalnya. Batu ini diyakini sudah ada sejak masjid pertama kali ditemukan dan menjadi bagiana kesakralan masjid.

Masjid Tiban Mangundadi tidak hanya menyimpan sejarah dan tradisi, tetapi juga menjadi saksi dari perjalanan waktu di Desa Krinjing. Kehadirannya memberikan warna tersendiri bagi masyarakat setempat dan menjadi salah satu destinasi yang wajib dikunjungi bagi mereka yang ingin mengenal lebih dalam tentang budaya dan sejarah daerah ini.

 

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *